Kamis, 23 Oktober 2008

Your Guardian Angel By The Red Jumpsuit Apparatus

When I see your smile,
Tears roll down my face.
I can't replace.
And now that I'm strong, I have figured out,
How this world turns cold and it breaks through my soul.
And I know I'll find deep inside me,
I can be the one.

I will never let you fall. (let you fall.)
I'll stand up with you forever.
I'll be there for you through it all. (through it all.)
Even if saving you sends me into heaven.

It's okay,
It's okay,
It's okay-ay-ay-ay-ay.

Seasons are changing,
And waves are crashing,
And stars are falling all for us.
Days grow longer and nights grow shorter,
I can show you I'll be the one.

I will never let you fall. (let you fall.)
I'll stand up with you forever.
I'll be there for you through it all. (through it all.)
Even if saving you sends me into heaven.

'Cause you're my, you're my, my-e-y-e-y,
My true love, my whole heart.
Please don't throw that away.
'Cause I'm here... for you!
Please don't walk away and,
Please tell me you'll stay... here!

Whoa-oh-oh-oh-oh-oh!
Stay!
Whoa-oh!

Use me as you will!
Pull my strings just for a drill!
And I know I'll be okay,
Though my skies are turning grey! (grey! grey! )

I will never let you fall!
I'll stand up with you forever!
I'll be there for you through it all,
Even if saving you sends me to heaven!

I will never let you fall!
I'll stand up with you forever!
I'll be there for you through it all,
Even if saving you sends me to heaven!

Rabu, 10 September 2008

Hikmah...

Bagi muslim, ada satu ungkapan terkenal dalam tradisi islam. Hikmah (kebijaksanaan) adalah barang milik orang beriman yang hilang, maka dimanapun kau temui pungutlah.


Dengan sedikit kemampuan berpikir kritis, saya kira tidak perlu takut bahwa barang yang kita pungut adalah sampah. Tuhan sudah memberi kita kemampuan membedakan mana sampah, mana barang bernilai. Jadi jangan takut !!!!

(Zainal Abidin Bagir, Kompas Minggu 7 september 2008).

Selasa, 09 September 2008

Do I have to love or hate deadline?????

Lagi-lagi deadline kerjaan entah berantah

Tanpa terasa, sudah deadline lagi. Padahal rasanya baru kemarin saya bernafas lega, karena semua laporan sudah diselesaikan. Dan seperti biasa, saya menunda pekerjaan. Semua disimpan untuk menit-menit terakhir. Save the best for last, like what we used to love back then, save the best meal for last…..

Bukan suatu hal yang baru juga sebetulnya. Ini, sudah sering saya lakukan sejak masih SMA. Mengerjakan PR di kelas. Pagi hari, sebelum sekolah dimulai, bahkan terkadang itupun nyalin PRnya iin. Belajar di malam sebelum ulangan. Ngapal rumus Bu En di mobil sebelum jam les, setelah dipaksa iin…(why the hell she had to be there all the time?????). Begitu juga ketika kuliah. Mengerjakan tugas satu hari sebelum tugas itu harusnya dikumpulkan. Mengerjakan skripsi dengan kalang kabut. Sampai semester 13 bahkan mungkin saja menginjak semester 14. Semester terakhir dari yang dijatahkan. Serta tak ketinggalan mengerjakan laporan setelah puas nonton prison break dan ngopi-ngopi ria….

Padahal, waktu saya selama itu cukup banyak. Untuk mengerjakan PR atau tugas. Untuk belajar. Untuk membuat skripsi. Tapi tidak. Saya lebih senang menikmati masa-masa santai. Dan memilih tergesa-gesa di menit-menit terakhir. Entah kenapa. Di bawah tekanan, semua seperti bekerja lebih cepat. Otot-otot bekerja lebih maksimal. Otak pun menjadi brilian dan kreatif. dan saya yakin dengan kekuatan adrenaline rush…..

Ada yang bilang, kita lebih kreatif ketika bekerja di bawah tekanan. Tapi saya bilang, itu hanya alasan orang malas saja. Seperti saya. Dan ini susah sekali. Saya sudah melawan ini bertahun-tahun. Tapi, belum juga berhasil. Mungkin kamu punya masalah yang serupa.

Ah sudahlah. Saya harus mengerjakan lagi laporan yang dari tadi masih juga terbengkalai. masih ada sedikit error dalam revisi laporan ini, dan banyak error dalam revisi skripsi terbaru…..

Salam hangat selamat puasa

Minggu, 04 Mei 2008

Minyak Mentah, Minyak Tanah, Minyak Jelantah Nasibmu Antah Berantah

Dalam beberapa minggu terakhir, persoalan kenaikan harga minyak sepertinya memforsir para pemerintah di seluruh dunia mengurangi lagi jam tidurnya untuk memikirkan jalan keluar atas membumbungnya harga crude oil secara global. Kenaikan yang bisa saja mencapai angka 140 dollar AS per barel sepertinya membuat pemerintah setiap Negara, khususnya otoritas di Negara kita tercinta menjadi semakin tidak kreatif mencari solusi. Seperti diberitakan di beberapa media, wacana untuk mengurangi subsidi terdengar lagi. Memang subsidi adalah kebijakan yang efeknya dalam jangka panjang sangat merugikan, namun mengurangi subsidi BBM di tengah masyarakat yang terancam resesi seperti sekarang agaknya juga bukan solusi jangka pendek yang tepat.

Saat pemerintah menaikkan harga BBM pada tahun 2005 lalu. Efeknya, harga kebutuhan meningkat dan beban hidup masyarakat semakin berat. Kalo dari sudut pandang fiskal sempit mungkin benar, subsidi BBM hanya merugikan saja, tapi bagi ekonomi kerakyatan dampaknya luar biasa. Ini harus mendapat perhatian, karena punya multiplier effect yang tidak sederhana. Kenaikan harga tentu akan mengakibatkan penurunan daya beli (pendapatan riil). Dampak ini sangat bervariasi tergantung pada pola konsumsi dan sensitifitas dari harga masing-masing komoditi terhadap kenaikan harga BBM. Belum lagi masalah kelangkaan minyak tanah, dan program konversi minyak tanah yang terlalu dipolitisir.

Namun kalau seandainya BBM terus disubsidi, kita secara sadar membiarkan proses ketimpangan distribusi pendapatan terus berlanjut. Pajak yang dipungut dari keluarga mampu dikembalikan kepada rumah tangga mampu. Secara kasar malah bisa dikatakan -mengingat rumah tangga mampu mendapatkan lebih banyak karena sebagian struktur pajak kita yang regresif dan rumah tangga belum membayar pajak- dengan subsidi BBM mereka mendapatkan lebih besar dari yang mereka bayar (dalam bentuk pajak). Agak aneh dan kontradiktif kemudian, kalau kita mengamati suara-suara atau tulisan yang menyuarakan anti kenaikan BBM justru dari orang-orang yang selama ini getol berbicara tentang ketimpangan pendapatan.

Ekses negatif dari melambungnya harga minyak dunia semakin membuat runyam perekonomian global yang sejak akhir tahun lalu dihajar krisis finansial akibat subprime mortgage. Krisis subprime ini menyebabkan goncangan sektor finansial dan meningkatkan volatilitas perekonomian global. Selain itu, resesi juga mendorong penurunan tingkat suku bunga AS. Meskipun, ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap AS dan sekutunya sebenarnya tidak terlalu besar, namun ini menjadi sinyalemen tambahan bahwa sebenarnya fundamental makro ekonomi kita ga baik-baik amat, makanya bisa dihajar juga oleh ambruknya pasar keuangan global.

Saya hanya bisa berharap dalam jangka panjang pemerintah perlu melakukan evaluasi kembali tentang berbagai kebijakan terkait dalam pengadaan dan penyaluran BBM agar tidak memberatkan Pemerintah, masyarakat dan Pertamina yang saat ini ditugaskan untuk mengadakan dan menyalurkan kebutuhan BBM keseluruh wilayah Negara. Kebijakan subsidi BBM mengakibatkan terjadinya disparitas harga di pasar yang mendorong timbulnya berbagai bentuk penyalah gunaan penggunaan BBM, sehingga walaupun sasaran kebijakan subsidi tercapai namun dalam kenyataannya banyak pihak yang tidak berhak mengambil keuntungan dari kebijakan tersebut.

if the policy isn’t hurting, it isn’t working” begitulah kata John Major, dan agaknya lagi kata-kata itu memang benar adanya, lagian mana ada obat yang engga pahit? Namun jika memang begitu kenyataan nya pemerintah sebaiknya memperbaiki cara mengkomunikasikan hal itu kepada masyarakat yang akan sangat menderita akibat ancaman kenaikan harga minyak ( baru ancaman kenaikan harga saja, masyarakat sudah menderita, karena efeknya ancaman itu menaikkan harga komoditas lainnya ). Kalau sampai tidak ada subsidi efeknya adalah meningkatnya cost of money yang bisa mengakibatkan inflasi akan naik dan akhirnya suku bunga mau tidak mau akan terpengaruh naik. Melakukan sosialisasi masalah kenaikan harga minyak internasional dengan berbagai implikasinya dan pilihan kebijakan serta akibatnya kepada masyarakat luas dan memberitahukan kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah secara transparan. Pimpinan nasional harus menegaskan kembali bahwa sasaran subsidi BBM adalah masyarakat bawah dan kecil untuk keperluan rumah tangga dan transportasi umum, Berdasarkan kebijakan tersebut secara selektif dapat ditetapkan jenis BBM yang disubsidi misalnya minyak tanah untuk rumah tangga dan solar untuk angkutan umum sedangkan lainnya di lepas menurut harga pasar. Ketergantungan kepada minyak import terus meningkat yang kalau tidak di-rem akan membahayakan ketahanan ekonomi nasional karena enerji non-minyak sulit dikembangkan padahal cadangannya di perut bumi Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan cadangan minyak. Disamping itu hendaknya ditonjolkan aspek keadilan karena subsidi BBM selama ini lebih banyak dinikmati oleh golongan menengah atas.

Semoga negara ini tidak beralih menjadi negara antah berantah.

Yogyakarta, 5 Mei 2008
Irdhas Fabian

Minggu, 27 April 2008

Jejak Langkah Yang Kau Tinggal

Jejak Bapak Bangsa….

Mungkin banyak dari kita generasi sekarang yang kurang memahami benar tentang perjuangan Soekarno, sehingga tidak memaknai lagi arti bagaimana bangsa ini dahulunya dibentuk dan ujung-ujungnya spirit kebangsaan itu hilang tenggelam ditelan budaya konsumerisme dan hingar bingar televisi yang membutakan mata generasi muda terhadap jatidirinya sendiri…

Semakin hari, rakyat semakin muak dan tidak perduli pada konsep hidup sebagai sebuah bangsa, hal ini bisa kita lihat dari sikap apatis, siapa lo siapa gue. Kata tenggang rasa dan saling memiliki terhapus dari kamus kehidupan kehidupan sehari-hari. Sikap egois terasa kental, karena setiap anak bangsa dituntut berpacu agar tidak ketinggalan dengan kencangnya laju roda perekonomian yang dipicu hasrat untuk mengkonsumsi. Anak bangsa sibuk berlomba-lomba mengejar kemapanan, namun yang dihasilkan ya cuma sebatas pendapatan tanpa adanya nilai tambah secara ekonomi terhadap kehidupan ekonomi mereka sendiri...

Berikut saya coba sarikan beberapa isi pidato Bung Karno yang mungkin mengingatkan pada kita, bahwa hidup ini bukan hanya berisi tujuan individual semata, namun bagaimana kita bisa memberi manfaat bagi sekeliling kita dan berkontribusi terhadap sesama dan terhadap bangsa yang semakin sakit ini….

Aku bersemboyan; biar Melati, Mawar dan Kenanga dan Cempaka dan semua bunga mekar bersama ditaman sari Indonesia.
(17 Agustus 1964)

Saudaraku!
Baru sekarang saya menulis dari Sukamiskin, karena orang tangkapan hanya boleh berkirim surat sekali dalam dua minggu. Sesudah masuk ke dalam rumah kurungan, hamper semua yang saya bawa dari rumah tahanan di Bandung, diambil. Setiap hari saya mesti bekerja keras. Malam hari, badan sudah letih sehingga belajar pun tidak ada hasilnya.
Sukamiskin tak lebih daripada rumah kurungan, dan saya ini adalah orang hukuman, yang mesti menyembah larangan dan suruhan, seorang manusia yang mesti melupakan kemanusiaannya. Orang hukuman tiada lain daripada seekor binatang ternak; orang hukuman menurut Nietzche, ialah orang yang dijadikan manusia yang tidak mempunyai kemauan sendiri, seperti binatang ternak.
Namun demikian, hatiku tinggal tetapi tak pernah saya melupakan suara hatiku. Bukankah Sir Oliver Lodge telah mengajarkan “No sacrifice is wasted” atau dalam bahasa jawa “Jer basuki mawa beya.”

(Sukamiskin, 17 Mei 1931)

Semua orang tahu bahwa aku ini penggemar seni rupa, baik patung, lukisan-lukisan maupun yang lain-lain. Aku lebih suka lukisan samudera yang gelombangnya memukul-mukul, menggebu-gebu, daripada lukisan sawah yang adem-ayem-tentrem-kadyo siniram wayu sewindu lawase.
(17 Agustus 1964)

Men kan niet onderwijzen wat men wil, men kan niet, onderwijzen wat men weet. Men kan alleen wat men is. Orang tidak bisa mengajarkan apa yang ia mau, orang tidak bisa mengajarkan apa yang ia tahu, orang hanya bisa mengajarkan apa ia adanya...
(Di Bawah Bendera Revolusi, hal.514)

Seringkali aku merasakan badanku seperti akan lemas, nafasku akan berhenti, apabila aku tidak bisa keluar dan bersatu dengan rakyat jelata yang melahirkanku.
(Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat, hal.13)

Pada satu waktu saya sampai kepada suatu saat memerlukan satu nama umum bagi semua yang kecil-kecil ini. Ya buruh, ya tani, ya pegawai, ya nelayan dan lain-lainya, semuanya tidak ada yang besar, melainkan kecil-kecil semuanya. Lantas saya beri kepada semuanya itu Marhaen!
(Pancasila Sebagai Dasar Negara, hal.25)

Kita belum hidup di bawah sinar purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali
(Pidato, 17 Agustus 1949)


Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal, kemerdekaan malah membangun soal-soal, tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu

(Pidato, 17 Agustus 1948)

Karena itu segenap jiwa ragaku berseru kepada bangsaku Indonesia: Terlepas dari perbedaan apa pun, jagalah persatuan, jagalah kesatuan, jagalah keutuhan! Kita sekalian adalah Makhluk Allah! Dalam menginjak waktu yang akan datang, kita ini seolah-olah adalah buta.
(Pidato, 17 Agustus 1956)

Sekali kita berani bertindak revolusioner, tetap kita harus berani bertindak revolusioner....jangan ragu-ragu, jangan mandek setengah jalan....kita adalah fighting nation yang tidak mengenal journey’s end
(
Pidato, 17 Agustus 1956)

Asal kita setia kepada hukum sejarah dan asal kita bersatu dan memiliki tekad baja, kita bisa memindahkan gunung semeru atau Gunung Kinibalu sekalipun
(
Pidato, 17 Agustus 1965)

Beliau mungkin telah tiada, tapi janganlah semangat beliau yang dititipkan kepada anak bangsa lenyap karena gelombang konsumerisme dan hantaman televisi yang merusak anak bangsa......karena beliau pernah berujar ”kutitipkan bangsa ini padamu”

Klebengan, 27 April 2008
ink

Rabu, 27 Februari 2008

Sebuah Pulau yang Terlupakan

Mentawai, sebuah kepulauan di ujung pesisir barat pulau Sumatera ternyata menawarkan sebuah suasana pantai dan perkotaan yang jauh dari kata kerusakan. Bahkan daerah itu masih sangat pantas digelari daerah tertinggal yang baru mulai berbenah menuju kesejahteraan, namun dengan segala keprimitifan dan kenaturalan yang ditawarkan mentawai adalah sebuah destinasi wisata yang pantas dimasukkan dalam agenda perjalanan wisata. Dengan biaya perjalanan dan akomodasi yang jauh lebih murah dibanding perjalanan ke Lombok atau Bali tentu sebuah keunggulan kompetitif yang pantas dikedepankan oleh Mentawai. Suasana di perkampungan juga sangat nyaman, dimana sudah terdapat fasilitas-fasilitas umum mendasar. Untuk urusan makanan pun jangan khawatir, karena sudah terdapat banyak pedagang makanan dengan rasa yang ditawarkan tidak kalah dengan pedagang makanan khas rumah makan padang di daerah sumatera barat, maupun kuliner khas minang yang banyak menyebar dimana-dimana. Gulai Kepala Kakap yang ditawarkan pun sungguh mengundang selera.

Namun sebuah bahan pertimbangan yang pantas diajukan sebagai hambatan kemajuan pembangunan dan pariwisata adalah faktor alam yang terus menghantui dengan bencana-bencana gempa dan ancaman tsunami yang tidak henti mengancam. Memang masyarakat sering merasakan goyangan gempa dan ancaman badai yang bisa mengancam di tengah perjalanan laut yang bisa ditempuh selama 10 jam perjalanan dengan kapal besar dan bisa ditempuh selama 4 jam dengan menggunakan speedboat. tapi tentu buat anda yang sedang menyukai tantangan tentu bukan masalah.

Sedikit deskripsi mengenai Mentawai yang bisa saya paparkan disini bisa dimulai dari ketersediaan infrastruktur. Jalan sebagai salah satu sarana infrastruktur vital sebenarnya sudah tersedia, namun kondisi jalan sangat jelek untuk sebuah ibukota kabupaten di daerah tuapejat. sementara sarana perkantoran pemerintah sudah tersedia dan dapat dibilang sudah mulai bagus dan bisa digunakan untuk mendukung terlaksananya pelayanan pemerintahan walaupun bisa dikatakan pelayanan yang dilakukan belum optimal. Sementara itu fasilitas pendidikan sudah mulai tertata dan mulai bisa mencukupi memberikan pendidikan yang cukup layak bagi anak-anak usia sekolah. Untuk infrastruktur kesehatan dapat dikatakan sudah cukup lengkap dengan tersedianya Rumah Sakit Umum Daerah di Tua Pejat dan adanya puskesmas di sejumlah kecamatan. Namun untuk masalah kelengkapan alat-alat kesehatan mungkin masih perlu diragukan kelengkapannya. Kepulauan Mentawai sendiri terdiri dari beberapa gugus pulau yang infrastruktur transportasinya berupa pelabuhan untuk mendukung transportasi laut. Sebenarnya infrastruktur transportasi udara sudah tersedia yaitu bandar udara Rokot di pulau sipora namun saat ini sedang dilakukan proyek pembenahan sehingga untuk beberapa saat penerbangan dari dan ke Mentawai agak sedikit terhambat.

Untuk masalah destinasi wisata unggulan yang ditawarkan kebanyakan adalah wisata pantai. Pinggiran pantai yang bisa dikatakan masih sangat bersih dan ombak yang sangat menantang untuk ditawarkan bagi para peselancar. Ada juga resort yang sangat menarik namun kebanyakan masih dikunjungi oleh wisatawan mancanegara yaitu resort Simakakang yang jaraknya tidak begitu jauh dari pelabuhan TuaPejat. Bagi anda yang mengalami kendala keuangan, masih banyak pantai lain yang bisa dikunjungi dengan lebih murah, namun tetap menawarkan keindahan dan suasana pantai yang damai dan ombak yang disebut masyarakat sekitar dengan nama ombak teropong, karena gulungan ombaknya menyerupai sebuah teleskop.

Disamping segala kenaturalan yang ditawarkan, mentawai masih menyimpan masalah berupa perhatian yang kurang dari pemerintah kabupaten itu sendiri, pemerintah provinsi, maupun pemerintah Republik indonesia. untuk mencapai tahap kemajuan, agaknya inilah yang paling dibutuhkan masyarakat sana. jujur saja selain perhatian pemerintah, perhatian masyarakat lain diluar pulau itu juga masih memandang sebelah mata terhadap mentawai. Jadi sebelum kita berharap pemerintah memberi atensi, sebaiknya saat ini kita dulu mulai memberi atensi dan tidak memandang sebelah mata lagi terhadap daerah itu dengan segala ketertinggalannya. Saya merasakan bahwa masyarakat daratan sumatera barat lebih banyak yang cenderung memandang rendah kepada pulau ini. Hal ini tentu berkaitan dengan ketertinggalannya. perbedaan mayoritas agama yang dianut penduduk...mari jangan jadikan itu semua kendala dan penghambat pembangunan, kemajuan ekonomi dan pemasaran pariwisata Mentawai!!!!!!!!

Jumat, 15 Februari 2008

Quo Vadis Ekonomi Tahun 2008

Dinamika perekonomian Indonesia pada awal tahun 2008 memperlihatkan gejala yang kurang menggembirakan. Setidaknya dalam dua minggu belakangan ini terlihat jelas kendala-kendala yang akan menghadang perekonomian Negara kita dan membutuhkan perhatian khusus dari otoritas fiskal dan moneter dalam menyikapi sinyalemen tersebut. Beberapa kasus diantaranya, kenaikan harga kedelai yang meningkat nyaris seratus persen. Kedelai merupakan bahan baku utama dari tempe dan tahu yang menjadi sumber protein utama masyarakat kita. Fenomena ini tentu mengakibatkan melangitnya harga lauk pauk yang menjadi santapan utama mayoritas masyarakat dari berbagai kelas sosial. Kasus kedua yaitu merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) di lantai bursa efek Indonesia ( BEI ).
Dua fenomena yang muncul menjadi sinyalemen bahwa kinerja sektor makro ekonomi Indonesia di tahun 2007 yang cukup impresif masih menyisakan pekerjaan rumah yang sangat urgent diselesaikan pemerintah, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter sepanjang tahun ini mengingat perekonomian global juga menghadapi masalah serupa. Dalam hal, merosotnya harga-harga hampir semua saham yang listing di bursa dan mencapai titik terendah pada tanggal 22 Januari 2008 kemarin merupakan dampak dari lesunya perekonomian global yang distimulus oleh hancur leburnya harga-harga indeks Dow Jones di Amerika Serikat yang dinilai banyak pengamat sebagai indikasi awal akan munculnya resesi perekonomian AS.
Resesi yang diramal akan menjadi resesi terparah AS sepanjang sejarah ini dipicu masalah subprime mortgage yang muncul sejak pertengahan 2007 lalu dan dampaknya akan berlangsung cukup lama yang juga dikhawatirkan menggeroti perekonomian negara-negara mitra bisnis utama AS seperti China, Jepang dan Uni Eropa. Indonesia yang volume perdagangannya cuma sebesar 12% dengan AS tentu juga akan merasakan imbasnya karena interaksi perekonomian kita cukup intens dengan mitra utama AS. Ditambah pula sifat perekonomian internasional yang terbuka akan mempercepat penyebaran virus penyakit yang ditularkan AS ke perekonomian global.
Ekonom Rizal Ramli dari Econit menyatakan bahwa perekonomian kita di tahun 2008 ini sangat potensial untuk mengalami balon finansial (financial bubbles) yang semakin menggelembung. Balon ini tentunya sangat riskan sekali mengalami kempes atau pecah dan memperparah kondisi perekonomian bangsa. Pasar saham Indonesia yang sepanjang 2007 menikmati untung menggiurkan karena aliran deras dari modal spekulatif ( hot money ) dan peningkatan ekspor karena kenaikan harga komoditas khususnya bahan tambang di pasar dunia. Aliran hot money tadi tentu meningkatkan nilai aset finansial yang serta merta meningkatkan harga saham di lantai bursa. Dikhawatirkan pada 2008 dana investasi ini bisa dengan cepat ditarik investor dan merontokkan IHSG, yang tentu disikapi investor dalam negeri dengan menjual portofolionya dan mengakibatkan IHSG semakin merah rapornya dan kemudian akan membuat nilai tukar rupiah kembali merosot.
Geliat hebat sektor makroekonomi pada 2007 lalu juga merupakan kontribusi dari membengkaknya angka subprime lending pada sektor kredit konsumsi, misalnya meningkatnya angka kredit dalam pembiayaan pembelian kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Subprime lending ini sama dan sejenis dengan biang kerok runtuhnya indeks negara maju seperti AS, yaitu pemberian kredit kepada debitur yang sebenarnya tidak memenuhi kriteria kelayakan pemberian kredit ( subprime lenders ). Kebalikan dari pemberian kredit kepada debitur yang profilnya memenuhi kriteria pemberian kredit ( prime lenders ).
Praktek ini sepanjang tahun 2007 banyak dilakukan perusahaan pembiayaan dalam memberi kredit murah pembelian alat transportasi yang memang mencatatkan penjualan menakjubkan dan sukses meningkatkan angka kemacetan di kota-kota besar Indonesia. Hal ini tentu akan berdampak buruk jika dalam perjalanan di tahun 2008 nanti kondisi perekonomian debitur-debitur itu memburuk akan meningkatkan non performing loans ( NPL ) perusahaan pembiayaan dan Bank yang turut bermain dalam pasar sehingga mencatatkan kerugian yang akan menjadi salah satu faktor penyebab meletusnya balon finansial.
Jadi bukanlah sebuah retorika belaka kita takut akan terjadi resesi di Amerika Serikat, karena resesi ini akan bertransmisi ke perekonomian global dan memberi imbas yang cukup menakutkan bagi perekonomian kita karena sejauh ini fundamental makroekonomi negara kita ditopang oleh aliran modal spekulatif yang bisa cepat berpindah keluar negeri ( capital outflow ) dan peningkatan angka konsumsi yang ditopang sektor kredit konsumsi yang rentan terhadap masalah kegagalan pembayaran kredit. Belum lagi selama ini telah nyata kita lihat bahwa perkembangan signifikan sektor keuangan pada 2007 kemarin belum mampu ditransmisikan oleh lembaga keuangan tersebut ke sektor riil. Proses intermediasi yang semestinya dijalankan lembaga keuangan tidak berjalan dengan baik, sehingga arus perputaran uang tidak sampai dinikmati masyarakat luas karena hot money tersebut tidak mampu diinjeksikan pemerintah sebagai regulator ke sektor riil yang menjadi denyut nadi perekonomian mayoritas masyarakat Indonesia. Lesunya perkembangan sektor riil dapat dilihat pada fenomena kenaikan harga tempe-tahu yang meresahkan bangsa ini karena kemampuan ekonomi mereka tidak meningkat sebagaimana para investor saham menikmati untung berlipat ganda.
Kenaikan harga duet lauk-pauk bergizi tinggi tersebut yang dipicu melangitnya harga kedelai merupakan kegagalan dari pemerintah Indonesia dalam menyikapi sinyalemen buruk ketahanan pangan yang sudah berlangsung sejak lama. Pemerintah tidak melihat kenyataan bahwa produksi kedelai Indonesia yang terus menurun dari 1517 ton pada tahun 1997 menjadi hanya 748 ton pada tahun 2006, bahkan pada tahun 2007 produksi kedelai semakin turun menjadi 420 ton. Sehingga untuk memenuhi permintaan kedelai yang cenderung meningkat, karena mahalnya harga daging, dilakukanlah impor kedelai yang kebanyakan didatangkan dari Amerika Serikat yang memproteksi petani kedelainya dengan mengalokasikan subsidi yang sangat besar untuk sektor pertanian, dan tentunya kedelai termasuk kedalamnya. Strategi pemerintah hanya memanfaatkan sektor fiskal dengan memberi kesempatan untuk importir lain bermain didalam pasar kedelai tentu bisa dikatakan tanpa visi jauh ke depan. Alih-alih membuka seluasnya kesempatan impor, lebih baik pemerintah memikirkan cara meningkatkan produksi kedelai lokal dengan memproteksi produsen kedelai dari gencarnya importir kedelai.
Semoga dalam menetapkan kebijakan nantinya pemegang otoritas fiskal dan moneter nantinya mampu memformulasikan kebijakan yang tepat sehingga bisa menjaga stabilitas pasar uang, memperbaiki sistem intermediasi keuangan ke sektor riil, menjaga ketahanan pangan nasional. Ketiga masalah ini semoga menjadi pekerjaan rumah yang dapat diselesaikan sehingga ancaman resesi tidak terlalu menghantui perjalanan bangsa ini di tahun 2008 yang masih menyisakan sepuluh bulan lagi.