Kamis, 27 Desember 2007

Status Quo Berguguran

“Rakyat memilih pragmatisme ketimbang ideologi,” demikianlah pernyataan presiden terpilih Korea Selatan Lee Myung Bak dalam jumpa pers pertamanya ( kompas, 21 desember 2007 ). Statement yang diungkapkan oleh sang presiden baru menggambarkan sikap pemilih dalam menyikapi suksesi pemerintahan, yang menginginkan sebuah perubahan yang lebih baik daripada kondisi status quo yang umumnya diwacanakan oleh pemimpin bertahan (incumbent).

Situasi ini terjadi pula dalam pelaksanaan beberapa pilkada di Indonesia, dimana para incumbent tak kuasa melanggengkan kekuasaannya dam dikalahkan tokoh lokal lainnya yang lebih mendapat hati dari para pemilih. Masyarakat Indonesia dewasa ini sudah semakin dewasa dalam menyikapi pelaksaan pemilihan kepala daerah, hal ini dikarenakan oleh bergesernya profil mayoritas pemilih dari pemilih tradisional menjadi pemilih rasional.

Perkembangan sikap yang dialami pemilih Indonesia menurut penulis dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya kekuatan ketokohan seorang calon yang diuji dari popularitasnya. Pemilih yang rasional akan lebih memilih tokoh yang lebih dikenal, fenomena ini terjadi di Sulawesi Selatan dimana Syahrul Yasin Limpo menjadi pemenang karena lebih populer ( walau sekarang menjadi sengketa akibat keputusan Mahkamah Agung ).

Faktor kedua yang sangat signifikan yaitu voting yang didasarkan pada sikap anti status quo dan anti incumbent. Dalam pelaksanaan beberapa pilkada terdapat sinyalemen negatif yang menilai incumbent tidak berhasil dalam melaksanakan pemerintahan yang pro rakyat sehingga masyarakat tidak merasakan manfaat positif dari lima tahun pemerintahan incumbent tersebut. Kegagalan incumbent dalam meningkatkan taraf ekonomi rakyat menjadi batu sandungan yang mematikan bagi para mantan pemimpin itu.

Ketiga, tidak dapat kita pungkiri bahwa dewasa ini semakin banyak pemilih yang makin melek terhadap politik karena telah terjadi peningkatan intelektualialitas dan keberhasilan pendidikan demokrasi politik yang terjadi secara koheren dengan semakin banyaknya dilangsungkan panggung politik di Indonesia sejak mulai bergulirnya era reformasi. Ibaratnya sebuah cabang olahraga, semakin banyak digulirkan kompetisi maka atlet dan juga penonton cabang olahraga tersebut akan semakin mahir dalam menyikapi permainan itu. Peningkataan tingkat pendidikan dan pengetahuan politik tersebut akan bermuara pada sikap kritis masyarakat dalam menyikapi performa jelek yang dihasilkan incumbent selama masa pemerintahannya. Sehingga pemilih yang digolongkan sebagai pemilih rasional kalkulatif ini akan memilih berdasar integritas, rekam jejak, visi seorang kandidat karena mereka akan sangat tercerahkan dalam mendapat informasi. Mereka akan lebih cepat merubah pilihan politiknya kepada calon lain yang menjajikan suasana kehidupan lebih baik didasarkan pada visi-misi dan strategi kandidat tersebut.

Faktor terakhir yang sangat penting yaitu berkembangnya sikap pragmatisme masyarakat seperti fenomena yang diungkap Lee Myung Bak diatas. Pemilih secara sadar memilih berdasar pertimbangan untung-rugi, mereka akan memilih seorang calon baru yang dirasa akan memberikan keuntungan jangka pendek secara pribadi dengan mempertimbangkan program janji-janji kampanye calon pemimpin baru tersebut, apalagi jika ternyata mereka merasa kandidat bertahan tidak memberi keutungan lebih buat mereka selama ini.

Hal ini akan menjadi tantangan bagi para incumbent di masa mendatang karena semua priviledge sebagai incumbent bukan lagi jaminan menang pilkada.

Minggu, 02 Desember 2007

Pemimpin Visioner

Dalam tataran pemikiran pemimpin dan masyarakat bangsa Indonesia belakangan ini satu hal yang paling menonjol adalah sangat dominannya pola pikir pedagang ketimbang pola pikir seorang industrialis. Fenomena ini menjalar tidak hanya dalam kehidupan ekonomi tetapi juga berlaku buat kehidupan berpolitik, sosial dan kemasyarakatan. Seorang pedagang dalam proses pengambilan keputusan cenderung mengutamakan keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan efek keputusan tersebut dalam jangka panjang, sementara seorang industrialis umumnya memiliki visi yang luas sehingga lebih mengutamakan untuk menciptakan nilai tambah pada produk dan pemikiran yang dihasilkannya. Penciptaan nilai tambah ini ( value added ) tentunya akan menghasilkan keuntungan jangka pendek yang lebih besar serta disamping itu menjamin keberlangsungan dari produk atau pemikiran tersebut. Selain itu sebuah industri juga berpengaruh jauh lebih besar bagi ekonomi secara makro karena menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan ketimbang sebuah komoditi perdagangan belaka. Menilik kondisi demografis negara ini yang terpencar-pencar maka kemajuan beragam industri skala besar maupun kecil akan mampu men-drive pertumbuhan ekonomi bangsa ini secara mikro maupun makro.

Sebelum kita mulai mengembangkan industri yang akan meningkatkan performa perekonomian awalnya tentu pola pikir dan mental segenap elemen bangsa mulai dari decision maker sampai kepada pelaksana keputusan tersebut harus mengembangkan pola pikir yang visioner. Dengan mengembangkan mindset seperti itu kita harapkan nantinya para pengambil keputusan di negara ini akan lebih mempertimbangkan kepentingan yang jauh lebih besar yaitu kepentingan rakyat indonesia. Selain itu para pemimpin ini tentu kita harapkan dapat memberi contoh kepada segenap bangsa untuk bertindak karena pemerintah mestinya bukan hanya menjadi pemimpin belaka, tetapi hendaknya mengembangkan code of conduct dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai sebuah pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati semua elemen bangsa ini.

Bola Salju Sumbar Baru

Bola Salju Sumbar Baru

Oleh : Irdhas Fabian Baharin

Ketua Dewan Penasehat Forum Komunikasi Mahasiswa Minang ( FORKOMMI ) UGM

Sebuah gagasan mengenai munculnya sumbar baru yang dikemukakan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi hendaknya kita sikapi dengan antusias agar tidak lumer begitu saja ditelan waktu. Gagasan itu hendaklah terus digelindingkan bagai bola salju sehingga berkembang dan mencapai tujuan mewujudkan sumbar baru. Sumbar baru yang kita harapkan disini tentu sebuah provinsi yang maju dalam artian pertumbuhan ekonomi tinggi, stabilitas politik dan sosial terjaga sehingga menjamin keberlangsungan program pembangunan jangka panjang daerah. Untuk itu tentunya diperlukan sebuah sistem yang disepakati seluruh elemen kehidupan di Sumatera Barat ditambah dengan dukungan dari masyarakat diaspora minangkabau yang tersebar ke seluruh dunia, sehingga muncul konektisitas masyarakat Sumbar dalam menghadapi perubahan-perubahan elementer dalam perekonomian dunia, yang pada ujungnya membentuk networking layaknya hubungan cina daratan dengan diasporanya di seluruh pelosok dunia.

Dalam menggagas sebuah konsep tentang sumbar baru perlu penjelasan terlebih dahulu apakah motivasi Gubernur dalam mencetuskan ide Sumbar baru ini merupakan ide yang berskala kultural besar atau hanya merubah wujud visi dan program pembangunan daerah yang dirancang pemerintah provinsi dalam RPJP dan RPJM nya. Sebuah Sumbar baru yang berskala kultural tidak boleh tanggung-tanggung dan ini merupakan sebuah kerja keras karena berimplikasi terhadap kultur yang menghiasi dimensi kehidupan masyarakat sumbar dengan merevitalisasi budaya yang selama ini dijalankan yaitu budaya minangkabau. Di sini perlu kita elaborasi kembali tingkat relevansi budaya yang dijalankan masyarakat dengan realita perubahan nilai yang terjadi dalam zona waktu yang cukup panjang. Untuk ini perlu serangkaian pengkajian mendasar mengenai sistem nilai adat minangkabau apakah masih mampu mengadaptasi perubahan zaman. Bahkan sebuah dogma adat yang paling merasuki pikiran orang minang adalah adat yang tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan terkesan sangat superior dan tidak tepat lagi melihat perubahan nilai dalam dunia modern, menurut Rhenald Kasali dalam bukunya berjudul Change, perubahan sistem hendaknya diadaptasi oleh masyarakat, institusi pemerintah maupun institusi bisnis agar perubahan nilai-nilai kehidupan modern dapat diantisipasi sehingga tidak mengganggu jalannya harmonisasi kehidupan sosial dan ekonomi.

Dalam kehidupan dunia ini tidak ada yang abadi selain perubahan, oleh karena itu adat itu sendiri jika tidak mengadaptasi perubahan sistem dan nilai akan lekang oleh panas, namun ketika adat mampu mengadaptasi perubahan yang terjadi maka barulah ia bisa disebut tak lekang oleh panas. Tentu dalam melakukan perubahan mendasar untuk menuju pertumbuhan sumbar yang lebih maju demi mewujudkan sebuah welfare province tidak akan bisa bapak gubernur mewujudkan tanpa dukungan yang solid dari semua elemen potensial masyarakat Minangkabau, dan ini bukan pekerjaan yang mudah.

Sementara apabila maksud Gubernur tentang Sumbar Baru hanyalah mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang lebih baik dari periode-periode sebelumnya tentu istilah Sumbar Baru akan menjadi mubazir mengingat dangkalnya motivasi dalam mengungkapkan ide besar tersebut. Seandainya begitu, ide ini bukanlah konsep yang mesti dikembangkan Gubernur melainkan memang program kerja pokok dari Gubernur untuk mewujudkannya dalam RPJP dan RPJM Sumbar dengan aktualisasinya dalam bentuk anggaran provinsi setiap tahun.

Sebuah pernyataan tentang Sumbar Baru yang sangat menarik adalah menjauhi jebakan konflik yang akan menghambat produktivitas masyarakat sumbar, tentunya ini berarti maksud dari Sumbar Baru sendiri adalah merevitalisasi sendi-sendi yang menopang kehidupan masyarakat sumbar dan mencoba menetralisir sumber konflik yang berkepanjangan. Salah satu contoh kasus yang harus kita amati adalah konflik tanah ulayat yang sedang dihadapi PT.Semen Padang dan beberapa kasus pada entitas ekonomi dan pembangunan yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di sumbar.

Dalam melahirkan konsep baru tentu perlu diidentifikasi dahulu bentuk persoalan remeh temeh yang mengganggu roda pertumbuhan produktifitas masyarakat. Mindset yang selama ini menghambat kreatifitas masyarakat tentu berasal dari nilai-nilai yang dianut masyarakat itu namun tidak lagi relevan dengan segala perkembangan yang terjadi dalam dimensi kehidupan saat ini. Nilai-nilai yang sangat mempengaruhi sendi kehidupan masyarakat sumbar tentunya adalah adat istiadat yang mengatur kehidupan orang minangkabau. Seperti telah penulis ungkap diatas perlu kesadaran bersama seluruh stakeholder pembangunan di Sumbar ( common conscience ) untuk mengidentifikasi kembali adat yang menjadi persoalan krusial yang menghambat kreatifitas sumber daya manusia Sumbar dalam melakukan aktivitas perekonomian yang menuntut perlunya adaptasi pendidikan dan teknologi modern sesuai dengan teori new economic growth yang berkembang belakangan ini di seluruh dunia ditandai bergairahnya perekonomian yang berbasis teknologi. Inilah yang menjadi tugas utama Gubernur sebagai tulang punggung Sumbar Baru untuk melakukan common conscience building, seperti yang dilakukan oleh Mao Zedong di Cina-walau sedikit berbeda dalam kerangka ideologinya-, agar perekonomian Sumbar tidak hanya bergerak di sektor ekonomi tradisional yang mementingkan sumber daya alam tetapi lebih mementingkan fenomena new economic growth yang mementingkan pendidikan yang tinggi, adaptasi ekonomi modern, infrastruktur ekonomi yang lengkap dalam perekonomian, mendorong munculnya industri-industri kecil dan menengah serta jangan lupa menggarap secara profesional potensi pariwisata Sumbar yang demikian besar.

Kemajuan perekonomian dan pembangunan sebuah region akan sangat bergantung kepada alur siklus perekonomian ( economic cycle ) yang menggambarkan perputaran modal atau capital dari sektor rumah tangga ke sektor industri dalam hal ini produsen. Faktor yang akan menjadi penghambat alur ini terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa pasar tidak sempurna, kurangnya modal sehingga produktivitas rendah, pendapatan riil masyarakat rendah sehingga daya beli rendah, tabungan dan investasi juga rendah. Sementara penghambat dari faktor eksternal yaitu adanya pengaruh negatif dari institusi formal dan non-formal yang rata-rata menggerogoti perekonomian Indonesia pada umumnya. Faktor internal tadi umumnya dapat diselesaikan dengan mengembangkan lembaga keuangan mikro seperti Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pasar, Bank Desa agar memperlancar arus intermediasi lembaga keuangan terhadap sektor usaha skala kecil dan menengah agar dapat berkembang.

Dalam hal faktor penghambat eksternal, inilah masalah yang dihadapi Sumbar sehingga muncul wacana mengembangkan Sumbar baru. Penghambat dalam bentuk institusi formal tentu dapat diatasi secara koheren dan sejalan dengan program besar bangsa Indonesia untuk memajukan perekonomian dengan menciptakan aturan ( rules of the game ) dan penegakannya ( enforcement ) yang lebih pro terhadap pengembangan perekonomian rakyat. Sementara penghambat dalam bentuk halangan dari sektor informal di Sumbar adalah pekerjaan besar dalam mengembangkan Sumbar baru dengan menghilangkan institutional barrier yang tercipta karena tidak adaptifnya institusi informal masyarakat tersebut. Sebelum mengkaji terlebih jauh kita perlu mengidentifikasi bentuk aturan yang menimbulkan high cost economy karena tidak semua aturan informal itu menjadi penyebab tingginya biaya ekonomi untuk berusaha di Sumbar. Nilai sosial, norma dan sanksi yang menjadi informal institution akan berasal dari adat istiadat yang dianut masyarakat setempat.

Pada aktivitas pengembangan sebuah investasi akan tergambar informal institution yang tidak efektif karena meningkatkan biaya ekonomi dari investasi tersebut, hal inilah yang harus kita pangkas karena tanpa disadari dalam tataran pembangunan nasional seperti yang banyak dialami oleh negara sedang berkembang ( developing countries ) nilai-nilai yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi inilah yang banyak diproteksi oleh penguasa lokal. Mari bersama-sama kita kaji dan kita elaborasi secara dewasa sendi-sendi kehidupan masyarakat minang ini yang tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Tentu perlu sebuah diskusi dan penelitian yang berkelanjutan untuk mengembangkan sebuah konsep tentang Sumbar baru karena dimensi yang sangat luas yang dikandung oleh ide besar itu. Seperti halnya Bola salju, ide ini akan menjadi besar jika digelindingkan namun akan berbahaya dan akan hancur apabila tidak digelindingkan dalam jalur yang benar.

Irdhas Fabian Baharin

daink_27@yahoo.com

dimuat di Padang Ekspres 3 desember 2007
klik:
http://kotasolok.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=7919

Selasa, 27 November 2007

Kalla Bring Golkar Back to Seventies

Sebuah pernyataan dari ketua umum golkar jusuf kalla sungguh pantas diperdebatkan, hal ini karena statement saudagar ini sangat multitafsir. Demokrasi yang beliau gambarkan hanya sebagai cara/alat untuk mencapai tujuan yang lebih utama yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat bisa kita elaborasi lebih jauh. Peningkatan kesejahteraan rakyat tentu saja mesti mesti tujuan mulia semua bangsa di negara ini, namun tidak begitu saja menyepelekan kendaraan yang dipakai untuk menuju kepada destinasi tersebut.
Seperti kita ketahui bersama, pada masa awal puncak kegemilangan partai berlambang beringin ini nilai-nilai mulia dari konsep demokrasi sungguh diabaikan. pada masa itu Indonesia mengalami booming perekonomian yang sangat fantastis, namun ternyata itu hanyalah fragile economics belaka karena fondasi dasar dari perekonomian itu tidak terakomodasi yaitu prinsip keadilan yang menjamin setiap individu di negara ini bebas melakukan aktivitas ekonomi dan tidak semua pihak dapat menikmati semua kemudahan,insentif dan dukungan dari pemerintah untuk melakukan kegiatan perekonomian.
Demokrasi yang menjamin kekebasan setiap individu untuk memanfaatkan hak-hak dasarnya sesuai koridor rules of the game yang ada tidak diakomodasi secara penuh oleh pemerintah dengan Golongan Karya sebagai entitas politik pemerintah orde baru pada masa itu. terciptalah ketidak adilan yang hanya memberi eksklusifitas bagi sebagian golongan yang berafiliasi dan dekat dengan penguasa ( baca : elemen golkar ). contoh yang menarik diantaranya kebijakan paket oktober 1988 lebih dikenal dengan pakto 88 yang memeberi kemudahan akses untuk mendirikan bank. sehingga berlomba-lomba lah para orang dekat penguasa mendirikan bank dan mengucurkan kredit pada badan usaha di dalam kelompok bisnis bank itu. hal ini menjadi salah satu komponen bom yang akhirnya meledak dan menjatuhkan sebuah rezim paling berkuasa di dunia.
Hendaknya saat ini perlu kita kaji lebih jauh apakah memang demokrasi hanya alat? demokrasi hendaknya menjadi jalan untuk mencapai tujuan dengan benar, sementara alat disini adalah kendaraan yang dipakai apakah itu sikap politik, cara penjaringan calon wakil rakyat dan calon pejabat, afiliasi politik, koalisi dan lain-lain. jadi bagaimana kita bisa mengabaikan demokrasi karena itu adalah jalur yang kita tempuh untuk mencapai tujuan. bagaimana bisa sampai ditujuan bila jalan yang diambil salah, atau bagaimana mau sampai pada tujuan jika jalan yang diambil berbahaya sekali...
maka dari itu hendaknya proses penegakan demokrasi mesti diteruskan agar tercipta keadilan dalam masyarakat dan menjamin terjadi konstelasi kehidupan politik dan sosial yang seimbang dalam masyarakat....

kalla bring golkar back to seventies

Sebuah pernyataan dari ketua umum golkar jusuf kalla sungguh pantas diperdebatkan, hal ini karena statement saudagar ini sangat multitafsir. Demokrasi yang beliau gambarkan hanya sebagai cara/alat untuk mencapai tujuan yang lebih utama yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat bisa kita elaborasi lebih jauh. Peningkatan kesejahteraan rakyat tentu saja mesti mesti tujuan mulia semua bangsa di negara ini, namun tidak begitu saja menyepelekan kendaraan yang dipakai untuk menuju kepada destinasi tersebut.
Seperti kita ketahui bersama, pada masa awal puncak kegemilangan partai berlambang beringin ini nilai-nilai mulia dari konsep demokrasi sungguh diabaikan. pada masa itu Indonesia mengalami booming perekonomian yang sangat fantastis, namun ternyata itu hanyalah fragile economics belaka karena fondasi dasar dari perekonomian itu tidak terakomodasi yaitu prinsip keadilan yang menjamin setiap individu di negara ini bebas melakukan aktivitas ekonomi dan tidak semua pihak dapat menikmati semua kemudahan,insentif dan dukungan dari pemerintah untuk melakukan kegiatan perekonomian.
Demokrasi yang menjamin kekebasan setiap individu untuk memanfaatkan hak-hak dasarnya sesuai koridor rules of the game yang ada tidak diakomodasi secara penuh oleh pemerintah dengan Golongan Karya sebagai entitas politik pemerintah orde baru pada masa itu. terciptalah ketidak adilan yang hanya memberi eksklusifitas bagi sebagian golongan yang berafiliasi dan dekat dengan penguasa ( baca : elemen golkar ). contoh yang menarik diantaranya kebijakan paket oktober 1988 lebih dikenal dengan pakto 88 yang memeberi kemudahan akses untuk mendirikan bank. sehingga berlomba-lomba lah para orang dekat penguasa mendirikan bank dan mengucurkan kredit pada badan usaha di dalam kelompok bisnis bank itu. hal ini menjadi salah satu komponen bom yang akhirnya meledak dan menjatuhkan sebuah rezim paling berkuasa di dunia.
Hendaknya saat ini perlu kita kaji lebih jauh apakah memang demokrasi hanya alat? demokrasi hendaknya menjadi jalan untuk mencapai tujuan dengan benar, sementara alat disini adalah kendaraan yang dipakai apakah itu sikap politik, cara penjaringan calon wakil rakyat dan calon pejabat, afiliasi politik, koalisi dan lain-lain. jadi bagaimana kita bisa mengabaikan demokrasi karena itu adalah jalur yang kita tempuh untuk mencapai tujuan. bagaimana bisa sampai ditujuan bila jalan yang diambil salah, atau bagaimana mau sampai pada tujuan jika jalan yang diambil berbahaya sekali...
maka dari itu hendaknya proses penegakan demokrasi mesti diteruskan agar tercipta keadilan dalam masyarakat dan menjamin terjadi konstelasi kehidupan politik dan sosial yang seimbang dalam masyrakat....

Sabtu, 24 November 2007

MU kalah......

walo udah jarang nonton liga inggris karena mesti booking tempat dulu di coffeshop ato ngantri warnet yang langganan astro, but gue selalu nungguin berita MU...yah paling tidak setiap minggu pagi gue selalu nungguin fiantika nongol di trans7 ato anty kalis nongol di antv......ato rajin2 nungguin updatean detik.com

this time man-u kalah lawan bolton, gara2 gol anelka di menit 11...blom habis rasa kecewa udah tau aja berita arsenal menang 2-0....alamat proses hunting arsenal bakal lebih seru...im gonna enjoy it.....

lawan bolton emang kadang gampang2 susah, apalagi ada anelka yang emang sering jadi mimpi buruk buat MU, next time hati-hati dong fergie babes....

MU kalo kalah pasti bukan karena lawan lebih jago, tapi karena emang ada sedikit kelemahan MU dimanfaatin lawan trus lawannya main ultra defensif.....buat gue ga ada cerita MU lebih jelek lah!!!!

Kamis, 22 November 2007

seulas umur hampir seperempat abad

Buat postingan pertama ini sebaiknya gua tulis sekilas kehidupan semenjak lahir sebagai bekal cerita buat anak cucu nantinya daripada mereka bingung asal usul orang yang mendahului mereka...karena setelah gua pikir2 manusia emang cuma meninggalkan nama dan rekam jejak nya belaka....setelah itu baru ilmu ( kalo gua ntar punya ilmu buat anak cucu ), sukur2 bisa mewariskan mereka harta dan tahta......

pagi buta 12 september 1984 gua dilahirkan di kota padang di rumah sakit ibnu sina....kehidupan gua ampe umur 5 tahunan kurang gua inget...yang pasti dulu masih dibonceng2 ortu pake motor kalo kemana2 paling inget ke dokter sih.....soalnya ada ujan, dari tiga makhluk diatas motor yang ga kena ujan cuma gua aja.....hmm i love my mom and dad!!

pas umur2 itu paling suka liat pawai alegoris kreasi orang orba...makanya secara ga sadar gua akui mindset orba kadang melekat secara hampir permanen yang menghiasi pola pikir gua secara tiba2..ampe kindergarten ( bahasa gaulnya TK ) gua tinggal dirumah kontrakan yang arsitekturnya masih asli minang di daerah marapalam padang....menurut tmn2 TK rumah gua selalu paling akhir dihinggapi bus sekolahan, padahal rasanya gua udah pagi banget nongkrong depan rumah ( belum sambil ngerokok ya! ), gmn mereka yang dijemput duluan...hmm siap2 sejak pagi buta kali ya....sorry guys mesti nungguin gua siap2.....

beranjak SD pindah ke rumah yang daerahnya jauh lebih terisolir...sekolah di SD Pertiwi 2 Padang di daerah kota bgt, deket kantor ortu di ktr. Gubernur Sumbar....sejak itulah mulai muncul cita2 jadi Gubernur karena sering main utak atik ruang kerja Gubernur pas SD...kalo ada anak kecil yang hobi nyelonong ke ruang kerja Gub pas tahun 90an itu maybe cuma gue orangnya....kalo ada yg lain kabari ya, hobi kita sama bro....

sejak SD setiap cawu gua selalu dipanggil ke depan pas penyerahan hadiah buat jawara....hmm bukan sombong tapi gua emang mensyukuri banget pas liat wajah berseri2 ortu ngeliat raport walau kelakuan gue juga ga bisa masuk kategori anak baik2.... at least dengan itu bisa ngebayar sedikit utang gua yg begitu banyak ama ortu....karena ga ada cara lain nunjukin setia lo ama ortu selain bikin mereka tersenyum bahagia...ga ada pula nikmat yang lebih daripada ngeliat itu........

oke itu sekelumit kisah masa kecil yang bisa gua bilang membahagiakan