Kamis, 10 Januari 2008

Simalakama Tumbaco

Sebuah ironi yang muncul seiringan dengan gencarnya kampanye anti rokok yaitu potensi meningkatnya angka pengangguran di Indonesia, setidaknya mayoritas pertambahan ini terjadi di pulau Jawa. Seperti jamak diketahui umum, jumlah industri besar, menengah, dan kecil yang berkecimpung dalam bisnis pengolahan tembakau ini banyak menopang perekonomian Indonesia dan pulau Jawa khususnya.

Dalam peta perekonomian di pulau Jawa, pertanian dan pengolahan tembakau berkembang pesat dan menjadi penopang penggerak kegiatan ekonomi industri skala besar, menegah dan kecil. Jenis Industri ini memberi lapangan pekerjaan dan lapangan usaha bagi banyak keluarga di Pulau Jawa. Kemudian juga mencipratkan rezekinya kepada berbagai skala jenis usaha sektor perdagangan yang terlibat secara langsung dan tidak langsung dengan perdagangan rokok.

Disamping itu jika kita melirik perekonomian Negara secara makro, kita dapati sebuah kenyataan bahwa pemasukan dari cukai rokok cukup membantu bagi devisa Negara, sehingga cukup membantu agar beban pajak masyarakat tidak dinaikkan oleh pemerintah.

Jadi apabila rokok diberantas tentu akan mematikan banyak perusahaan rokok yang ujung-ujungnya menambah pengangguran dan meningkatkan jumlah penduduk miskin baru. Selain itu juga membayangi terjadinya kenaikan pajak, karena pemerintah tidak akan kreatif dalam mencari sumber pemasukan baru hanya bisa membebani rakyat dengan menaikkan pajak, tanpa membuka lapangan pekerjaan baru…..

Sebuah pilihan yang ironis tentu, layaknya buah simalakama!!!!!

Mestinya dipikirkan dulu bagaimana mengelola perdagangan komoditas berbahan dasar tembakau ini, karena selain menjadi kebutuhan orang banyak, banyak juga orang bergantung hidup pada tanaman yang dibawa orang Portugal itu ke Indonesia yang mereka sebut “tumbaco

Tidak ada komentar: